Rekonsiliasi Fiskal - Dasar dan Tujuan
📌 Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk menyusun laba fiskal perusahaan, yang akan menjadi dasar pengenaan pajak akhir tahun, terutama berfokus pada koreksi pendapatan dan beban.
📝 Video ini membahas praktik rekonsiliasi fiskal menggunakan contoh kasus PT Permata berdasarkan data Laporan Laba Rugi tahun 2015.
⚖️ Koreksi fiskal diperlukan karena terdapat perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi keuangan dan ketentuan perpajakan.

Koreksi Beban Operasional (Koreksi Positif)
💰 Beban pengobatan ditanggung perusahaan (Natura) sebesar Rp20.000.000 harus dikoreksi positif karena termasuk non-deductible expense berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang PPh.
📝 Beban sanksi administrasi perpajakan harus dikoreksi positif karena biaya administrasi pajak tidak boleh dibebankan menurut pajak.
📉 Cadangan penghapusan piutang sebesar Rp5.000.000 harus dikoreksi positif karena perpajakan hanya mengakui penghapusan secara langsung, bukan cadangan (kecuali untuk lembaga keuangan).
🧾 Beban jamuan tamu tanpa daftar nominatif sebesar Rp10.000.000 harus dikoreksi positif sesuai Surat Edaran Dirjen Pajak No. 27/PJ.22/1998.

Koreksi Aset Tetap dan Sumbangan
⚙️ Penyusutan aset tetap harus dikoreksi positif sebesar Rp5.000.000 karena perhitungan penyusutan fiskal (tanpa nilai residu, menggunakan umur ekonomis sesuai kelompok pajak) menghasilkan angka Rp35.000.000, sedangkan yang dibebankan akuntansi adalah Rp40.000.000.
🎁 Bantuan untuk panitia HUT RI sebesar Rp5.000.000 harus dikoreksi positif karena ini bukan merupakan sumbangan kepada bencana nasional yang diizinkan dibiayakan menurut Pasal 9 ayat (1).

Koreksi Pendapatan Lain-Lain
💵 Dividen dari PT Jaya harus dikoreksi positif untuk memulihkan ke jumlah bruto (Rp100.000.000 dari nilai net Rp85.000.000), karena pendapatan yang diterima harus dicatat penuh sebelum dikurangi PPh Pasal 23 yang dapat dikreditkan.
🚗 Pendapatan sewa mobil yang diterima net harus dipulihkan ke nilai bruto karena sewa merupakan objek PPh Pasal 23 (tarif 2%).
🚫 Jasa giro Bank Mandiri (Objek PPh Final Pasal 4 ayat (2)) harus dikoreksi negatif agar tidak dihitung dua kali dalam perhitungan laba kena pajak tahunan.

Key Points & Insights
➡️ Fokus utama koreksi fiskal adalah pada pendapatan dan beban untuk menentukan penghasilan neto fiskal.
➡️ Biaya yang berkaitan dengan Natura, sanksi administrasi, cadangan kerugian, dan sumbangan non-bencana adalah contoh umum non-deductible expenses (Koreksi Positif).
➡️ Pendapatan yang diterima net (sudah dipotong PPh Pasal 23) harus dipulihkan ke nilai bruto saat melakukan koreksi fiskal.
➡️ Penghasilan yang dikenakan PPh Final (seperti jasa giro) harus dikoreksi negatif agar tidak terjadi pemajakan ganda.

📸 Video summarized with SummaryTube.com on Nov 29, 2025, 14:37 UTC